Pipi Berangin

Dengan khidmat cuaca membaringkan dirinya pada siang yang jerang.
Angin berjingkat pada tebing-tebing parasmu.
Dan berumah di sana.
Kita menanam benih lalu menyebar akar, kemudian menetas tunas, selembar daun menjadi gemetar pohonan.
Pada kedua pipimu, belantaraku.

Kertap kelopak bunga luruh berpegangan pada ujung ranting.

“Siapa melirihkan napas cendana, mengembuskan serbuk sari dan madu flora, menguapkan oksigen tebas rumputan?”

Ratus membius.
Mantra membungkus.

One thought on “Pipi Berangin

Leave a comment